Dokumentasi/gambar milik Trance Taranokanai |
Belakangan ini saya sering membaca dan mempelajari beberapa pengetahuan tentang keuangan dan ivestasi. Sebagai praktisi bisnis, saya merasa perlu untuk belajar bagaimana mengatur uang hasil bisnis agar tetap berkembang sehingga tercapainya visi besar saya dalam mencapai kebebasan financial, yaitu kondisi dimana saya benar-benar berdamai dengan uang.
Di buku-buku Robert Kiyosaki digambarkan secara jelas bagaimana arus uang itu berjalan. Bukan masalah anda menjadi seorang karyawan, profesional, bisnis owner, ataupun investor. Yang terpenting adalah cara berpikir anda untuk mencapai kondisi financial freedom.
Di buku-buku Robert Kiyosaki, saya juga belajar bagaimana caranya keluar dari 'jalur tikus', yaitu jalur dimana menjadi 'penyakit' kebanyakan masyarakat. Bukan saja masyarakat Indonesia tapi juga dunia.
Hutang
Sebagai praktisi bisnis, saya juga pernah memiliki hutang-hutang usaha. Tidak pernah ada rumusan dari manapun yang menjanjikan kesuksesan bisnis tanpa kerja keras. Dunia bisnis yang penuh ketidakpastian, membuat saya banyak belajar bagaimana mengendalikan keuangan, mengubah hutang-hutang bisnis menjadi investasi di masa depan. Semakin kesini tidak hanya buku-buku Robert Kiyosaki yg saya baca, namun buku-buku dari penulis Tanah air juga banyak membantu saya memahami masalah investasi dan keuangan.
Rasanya melihat anak-anak muda usia 26 tahun yang sudah sukses melewati masa perjuangannya diusia muda, menjadi milyader di usia 26 tahun dan sebelum usia 30 tahun mereka sudah mencapai kebebasan financial tentu membuat saya yang sudah jatuh bangun di dunia bisnis merasa tertampar dengan kisah mereka. Dalam hati saya berkata pada diri sendiri, "Hallo Indah. Ngapain aja kamu selama ini? Doing monkey business?" Hehehe ... Dan sejak itulah saya 100% benar-benar pelajari dan praktekkan semua pengetahuan keuangan yang saya ketahui.
Ternyata secara simple, semua orang bisa menjadi investor dengan 3 pilar ini :
1. Bisnis yang terus bergerak
2. Property
3. Investasi surat berharga
Uang yang di hasilkan dari ketiga pilar ini sering kali 'lari' ke hal-hal konsumtif. Saya sering lupa untuk menyisihkan sebagiannya menjadi investasi lanjutan yang bisa menjadi bekal saya kelak saat saya memutuskan untuk pensiun secepat mungkin. Ngomong-ngomong soal pensiun secepat mungkin, saya akhirnya juga belajar bagaimana menghitung dana persiapan pensiun asal kita alokasikan dengan tepat yang ternyata tidak butuh menyisakan uang yang banyak untuk bisa lebih cepat pensiun dan lebih banyak menerima uang pensiun.
Ada cara yang bisa dipelajari
Banyak tawaran investasi dana pensiun datang ke saya, baik berupa tabungan, asuransi, investasi, obligasi, securitas, dan lainnya. Jujur saat itu saya sendiri juga mumet dengan produk-produk dana pensiun tersebut, hingga saya membaca sebuah buku berjudul 'Indonesia Kuat' karangan Mrs. Ligwina Hananto. Dari buku tersebut memang baru sedikit yang saya pelajari namun ternyata cukup membantu saya memilih mana yang mendekati tepat sebagai pilihan persiapan dana pensiun.
Sebelum saya memutuskan 'membeli' produk investasi tersebut, beberapa hari yang lalu saat jalan-jalan di Mall saya bertemu Stand 'OJK' (Otoritas Jasa Keuangan). Saya memutuskan untuk mampir dan saya luangkan waktu untuk berdiskusi secara intens dengan OJK. Alhamdulillaah, teman-teman OJK sangat membantu saya menentukan Investasi mana yang baik untuk dana persiapan pensiun saya. Mereka juga menerangkan tugas mereka bahwa OJK bukan saja menjadi sarana konsultasi untuk masyarakat, tetapi juga menjembatani antara para nasabah atau investor dengan pihak-pihak yang 'menjual' produk financial. OJK juga menyediakan bantuan hukum untuk para nasabah/investor pengguna jasa keuangan.
Saya berharap sedikit pengalaman saya ini bisa membantu teman-teman di grup IIDB untuk mulai 'koreksi' tentang kondisi keuangan masing-masing. Sehingga kita bisa mencapai kondisi yang sangat berdamai dengan masalah finansial.
Negara ini akan kuat saat perekonomian rakyat juga kuat bukan? Mulai dengan langkah kecil 'kuatkan financial' diri sendiri terlebih dahulu, minimal dengan begitu kita akan bisa 'menguatkan' yang lain lebih banyak lagi.
Salam happy, healthy, wealthy
Artikel milik Indah Primasari