Beragam desain
visual pada pertengahan abad 20 memegang peran penting terhadap perkembangan
bidang itu pada masa selanjutnya. Saat itu, untuk mendapatkan informasi
perkembangan desain visual tidak semudah sekarang. Nah, pada masa minim
informasi inilah muncul sebuah majalah yang membahas desain visual dan
tipografi.
Majalah terbitan Belanda ini bernama Wendingen, terbit pertama kali pada 1918.
Walau akhirnya harus tutup 1932, majalah ini menjadi salah satu sumber
informasi yang juga berandil besar dalam perkembangan desain visual, dan
arsitektur dunia. Jejak perkembangan desain visual, arsitektur dan juga seni
yang terekam dalam Wendingen ini dipajang hingga 5 November di Erasmus Huis.
“Redaksi majalah seni Wendingen memberikan perhatian pada seni kerajinan Asia,
Afrika dan Amerika. Selain itu, juga memberikan perhatian pada arsitektur
pembaruan, seni lukis dan patung dari dalam dan luar negeri,” terang Frans
Leidelmeijer, kurator pameran dalam pengantarnya. Menurutnya, berkembangnya
kecenderungan minat mempelajari budaya primitif dan eksotis mulai muncul di
Eropa pada pertengahan abad 19. “Setelah pameran besar dunia pertama pada 1851
di Crystal Palace, London, orang mulai banyak tertarik dengan benda-benda yang
berasal dari budaya primitif karena bentuknya sederhana dan disesuaikan dengan
kebutuhan,” sambungnya. Kecenderungan ini terekam dengan jelas pada materi isi
majalah Wendingen kala itu.
Frans lalu memaparkan salah satu bentuk masuknya budaya timur jauh yang
kemudian bersinggungan konsep modern barat. Yakni, masuknya batik sebagai
elemen estetis para arsitektur gaya Amsterdam School, misalnya. Pola-pola yang
menyerupai batik muncul pada hiasan gerabah karya T.A.C. Colenbrader dan karya
grafis arsitek K.P.C. de Bazel. “Pola ini kemudian muncul setelah 10 tahun
kemudian dalam majalah Wendingen,” paparnya. Majalah ini memuat banyak sekali
karya visual maupun arsitek yang terpengaruh oleh budaya-budaya Hindia Belanda.
Menariknya, pameran ini juga menghadirkan beragam poster, buku, maupun
literatur yang berhubungan dengan isi dari majalah Wendingen. Tengok saja
poster sebuah maskapai penerbangan yang melayani rute Amsterdam-Batavia. Poster
promosi ini sangat sederhana. Hanya ada gambar pesawat yang sedang melintas
dengan latar belakang langit kemerahan. Tepat di bawah poster ini tertulis rute
penerbangan dan juga pemberitahuan bahwa perusahaan penerbangan ini juga
melayani pengiriman surat ataupun barang.
Semuanya dilakukan dalam satu kali setiap minggunya. Poster keluaran 1927 ini
sama sekali belum menunjukan adanya iming-iming ataupun kalimat pemanis yang
selalu muncul dalam poster promosi sekarang ini. Poster lain yang cukup menarik
adalah poster promosi dari sebuah produk margarin. Poster tanpa tahun pembuatan
ini dengan mulai memajang kalimat-kalimat promotif yang sengaja dihadirkan
untuk menjerat konsumen. “Dibikin hanja dari tumbuh-tumbuhan, mengandung
Vitamin A,” adalah beberapa kalimat promotif produk margarin yang hingga kini
masih menjadi salah satu pilihan banyak orang itu.
Sumber: Jawa Pos, Kamis, 07 Oktober 2004.
(Penulis: Indra Darmawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar