Moms, apa kabar? Salam sukses selalu untuk kalian ya...
Moms, pasti sudah tidak asing lagi dong dengan desain grafis? Atau, masih ada yang belum pernah mendengar dan belum tahu seluk beluknya? Ini ada sedikit input untuk berbagi. Silakan disimak ya.
Moms, desain grafis itu berbeda dengan desain busana ya. Pengalaman saya, setiap ditanya seseorang yang baru dikenal saat berbincang-bincang, biasanya hal yang menjadi pertanyaan umum adalah, "Apa profesinya?". Betul, begitu? Dan biasanya ketika saya mengatakan kata "Desainer grafis", lantas kebanyakan mereka bilang, "Wah, boleh dong kapan-kapan buatin saya desain baju yang oke."
Hehehe... saya biasanya akan mengembangkan senyum sesaat dan kemudian meluruskan apa itu sebenarnya profesi desainer grafis.
Desain grafis itu bagian dari seni, namun ia termasuk ke dalam seni komersil. Mengapa? Karena seni komersil bukanlah seni murni yang mengedepankan kepuasan bathin si pembuat. Seni komersil bersifat mengutamakan kepuasan klien. Dengan kata lain, kita mengikuti apa yang diinginkan klien.
Lalu, apa bedanya desain grafis dengan desain komunikasi visual? Sebenarnya tidak berbeda. Desain grafis saat ini lebih dikenal dengan nama Desain Komunikasi Visual atau lebih akrab disebut Diskomvis. Perubahan nama ini adalah hasil dari perkembangan media dan teknologi yang begitu pesat.
Samakah desain grafis dengan desain busana? Beda. Dalam desain grafis, tidak diajarkan cara membuat pola pakaian yang ada hanyalah membuat desain atau bentuk-bentuk tertentu pada pakaian. Namun bukan berarti desain grafis hanya menggeluti itu. Dalam jurusan desain grafis terdapat mata kuliah menggambar, fotografi, ilustrasi, tata visual penjualan, animasi, storyboard, web desain, flash, nirmana, gambar teknik, sejarah desain grafis, tipografi, air brush, tinjauan desain, bahasa gambar, teknik presentasi, estetika, metode repro, dan lain sebagainya. Tidak ada mata kuliah membuat pola pakaian. Yang ada hanyalah membuat pola karakter manusia atau benda hingga menghasilkan bentuk yang proporsional. Dan pelajaran itu terdapat dalam mata kuliah menggambar.
Koleksi milik pribadi
Dimana saja sih pekerjaan desainer grafis? Banyak pilihan. Jurusan ini bisa bekerja di percetakan, biro iklan, foto studio, image setting, production house, web designer, praktisi, dsb. Tak hanya itu, di perusahaan yang tidak ada hubungan langsung dengan media tersebut pun desain grafis tetap dibutuhkan. Misalnya saja untuk membuat tampilan laporan, proposal, presentasi, desain spanduk, promosi, kemasan, dan lain-lain agar terlihat lebih menarik. Selain itu, desain grafis juga bisa mendirikan usaha sendiri. Tak ada yang sulit dalam membuka usaha, jika sudah memiliki banyak pengalaman, portofolio, ruang produksi dan modal tentunya. sebab, kebebasan waktu dan finansial adalah hal yang dicari seorang desainer.
Apakah untuk menjadi seorang desainer grafis dibutuhkan skill? Tidak. Dalam profesi ini yang dibutuhkan adalah passion. Skill dapat diasah tergantung keinginan yang kuat untuk belajar dari individu itu sendiri. Walau dalam beberapa kasus memang dibutuhkan skill tertentu. Seperti misalnya untuk menjadi seorang komikus, ilustrator dan kartunis, yang dibutuhkan adalah kemahiran dalam menggambar manual. Sedangkan animator, multimedia director, desain layout majalah, webdesigner, yang dibutuhkan adalah kemahiran software.
Koleksi milik pribadi
Ketika berbicara passion, maka yang ada adalah kata cinta dalam menjalaninya. Dengan kata lain, tak ada beban dalam mengorbankan waktu dan biaya untuk kepuasan klien.
Lalu, apakah semua orang bisa menjadi desainer grafis? BISA. Kenapa tidak. Ini tergantung seberapa besar keinginan anda untuk belajar dan mendalaminya. Apakaha susah mempelajarinya? Saya katakan tidak. Karena dewasa ini begitu banyak tutorial bertebaran di dunia maya yang bisa anda culik secara gratis. Begitu banyak buku-buku panduan yang dapat dimiliki dengan variasi harga yang bisa disesuaikan kantong anda. Lagi-lagi, semua itu tergantung dari semangat anda untuk mendalaminya. Tak ada batasan usia, tak ada batasan pendidikan, tak ada batasan skill, tak ada batasan fasilitas.
Anda bisa memulainya dengan banyak mencari referensi, dan mengumpulkan media-media yang berhubungan dengan desain. Saya memiliki kebiasaan mengoleksi undangan. Setiap undangan yang datang ke tangan saya, biasanya saya simpan untuk kemudian saya cermati dan ambil kelebihan dari benda tersebut. Saya buat listing mulai dari desain, warna, kertas, pounding, pemilihan font, dsb. Hal ini adalah untuk pembelajaran saya. Dengan metode ini, saya bisa belajar seperti apa yang diingini klien. Sebatas nilai estetika desain kah, atau budget? Atau berdasarkan kesenangan? Dari sana kita bisa belajar memahami. Jika anda mendapati suatu media dengan desain yang menarik hati anda, cobalah untuk membedahnya. Jadikan posisi anda sebagai komentator dalam hal ini.
(Bersambung ya pembahasannya. Nantikan di part 2).
Penulis : Trance Taranokanai
Bagus nih mba n aq jg pernah baca katanya bisa, tapi koq y aq mpe skr blm berhasil terus buat sesuatu :D
BalasHapusSekadar meluruskan, desain grafis itu bukan cuma soal software. Ada hal yang jauh lebih penting: ide, design thinking, dan konsep. Saya sepakat, siapa saja memang bisa menjadi seorang desainer grafis, tidak peduli apakah dia lulusan DKV atau bukan. Tapi... pola pikirnya harus bener dulu sejak awal. Jangan salah persepsi dan menganggap desain itu hanya soal jago software. Artikel saya ini mungkin bisa jadi tambahan referensi >> http://www.kaskus.co.id/post/52b6a44ebbf87b25138b4572
BalasHapusTQ
:)