Tahun 2007 lalu, saya
pernah menyimpan sebuah artikel dari sebuah situs. Entah dari situs apa
dan artikel milik siapa yang jelas, saya sangat berterimakasih dengan
sang pembuat artikel.
Semoga beliau
mendapat limpahan rahmat yang tak bertepi. Amin.
Beliau membahas
tentang sebuah kekuatan doa. Kira-kira begini kisah yang beliau tuliskan,
Ada seorang ibu
berpakaian kumal masuk ke dalam sebuah toko. Dengan sangat terbata-bata
ia memohon agar diperbolehkan mengutang. Ia memberitahukan bahwa suaminya
sedang sakit dan sudah satu minggu tidak bekerja. Hal ini menjadikan keluarganya
hidup tanpa penghasilan. Ia memiliki tujuh anak yang masih
kecil-kecil dan sangat membutuhkan makan. Sementara, ia sudah berusaha
mencari pekerjaan apapun untuk dapat menghidupi keluarganya namun tak
membuahkan hasil. Si pemilik toko mengusirnya keluar. Si ibu masih berusaha
meminta pertolongan pada si pemilik toko.
“Tolonglah saya, Pak.
Saya janji ketika punya uang saya pasti akan lunasi.” Namun si pemilik
toko tetap menolak dan mengusirnya keluar. Ternyata, ada seorang ibu muda yang
sejak tadi mendengarkan pembiacaraan mereka. Ibu muda tersebut menghampiri
dan berkata,
“Biarkan ibu ini
mengambil semua kebutuhan yang ia perlukan, Pak. Saya yang akan membayarnya.”
Ujar ibu muda itu. Sang pemilik toko merasa malu, akhirnya ia pun
berkata,
“Tidak perlu, bu.
Biar saya yang tanggung. Saya akan memberikan kebutuhan ibu ini secara
gratis.” Tukas pemilik toko.
Lalu katanya pada si
ibu kumal, “Apa ibu membawa daftar belanja?”
Si ibu menjawab,
“Saya hanya membawa kertas kumal ini, Pak.” Jawabnya takut-takut.
“Letakkan kertas itu
di dalam timbangan, dan saya akan memberikan kebutuhan ibu sesuai berat dari si
kertas.” Serunya ketus. Si ibu nampak ragu dan sempat berputus asa mengingat
massa dari kertas hanyalah seberapa. Namun, ia berlapang dada dan ia serahkan
semua kepada Dzat Pemilik Manusia.
Maka, ibu kumal itu
meletakkan kertasnya ke dalam timbangan, dan tiba-tiba saja jarum timbangan bergerak
cepat kebawah. Matanya terbelalak menyaksikan kejadian itu.
“Aku tak percaya.
Apakah ibu ini punya sihir?” Serunya kaget.
Si ibu kumal bergegas
mengambil barang-barang kebutuhannya. Banyak kebutuhan yang ia ambil, namun tak
membuat jarum timbangan beranjak naik menyamai berat kertas.
Penasaran, si pemilik
toko mengambil kertas itu, dan melihat tulisan yang tertera disana.
Dan ia pun
terbelalak. Di atas kertas kumal itu ternyata tertulis sebuah doa pendek:
"Tuhan,
Engkau tahu apa yang hamba perlukan. Hamba menyerahkan segalanya ke dalam
tangan-Mu."
Si pemilik toko
terdiam. Ibu kumal itu lalu berterimakasih dan meninggalkan toko dengan berkata
sekali lagi, bahwa ia pasti membayar hutangnya segera ketika memiliki uang. Si
pemilik toko kemudian mengecek timbangan yang ternyata memang sudah rusak.
Dalam memulai dan
menjalani bisnis, doa menjadi sebuah senjata ampuh disetiap kondisi. Dzat
pemilik Alam dan isinya lebih mengetahui bobot sebuah doa. Dia juga
lebih mengetahui apa yang dibutuhkan hamba-Nya. Teruslah berdoa, dan
jangan pernah meragukan Kuasa-Nya. Tak ada yang tak mungkin bagi-Nya.
Maka, teruslah memohon pada-Nya dan bukan pada yang lain. Sesulit
apapun masalah yang dihadapi, yakinlah bahwa Dzat Yang Maha Tunggal
selalu ada untuk para hambaNya.
Subhanallah.
BalasHapusbetul do'a adalah senjata utama yang tidak boleh ketinggalan apalagi tertinggal..segala daya upaya, ikhtiar seoptimal mungkin diseertai dg do'a pengharapan yg baik dan utk kebaikan pula niscaya tidak akan yg mustahil bagi Alloh SWT utk mengabulkannya, andaikan segala daya upaya tadi ikhtiar telah dilakukan dan do'apun jga telah dipanjatkan,,belum ada yang berubah dari kita,,selanjutna adalah kepasrahan dan ketawakalan krn sisana adalah tugas Alloh..jka dikabulkan cepat hanyalah utk peluru kita agar senantiasa bersyukur andai belum dikabulkan niscaya sbg pengurang dari setiap khilaf dan dosa kita dan sebagai tabungan pertolongan dariNYA utk diberikan kepada kita jika memang telah tepat waktunya utk kita dan jika kita pun telah dipandang pantas utk memperolehnya....
BalasHapusYup, setuju. Kalimat yang bijak sekali mbak Dian Khrisna.
Hapus